Senin, 22 November 2010

Fakta Tentang Tulang Anda

310px-human_skeleton_frontsvgTulang atau kerangka adalah penopang tubuh manusia. Tanpa tulang, pasti tubuh kita tidak bisa tegak berdiri. Tulang mulai terbentuk sejak bayi dalam kandungan, berlangsung terus sampai dekade kedua dalam susunan yang teratur. Berikut beberapa fakta tentang tulang anda…


Jumlah Tulang Anda

Secara total terdapat 206 tulang dalam tubuh kita. Tulang Paha adalah tulang terbesar dalam tubuh kita. Sedangkan Tulang Sanggurdi adalah tulang terkecil dalam tubuh kita.

Tulang Anda Tidak Statis
Banyak orang berfikir bahwa tulang mereka tidak berubah dan permanen. Sebenarnya tulang kita merupakan jaringan hidup yang secara berkala (konstan) mengalami pembongkaran dan beregenerasi.

Hal ini yang disebut remodelling tulang. Faktanya, tulang kita mengalami regenerasi total setiap 7 sampai 10 tahun. Jadi usia tulang Anda lebih muda daripada usia Anda!

Anda Pikir Tulang Anda Kuat?
Tulang yang ada dalam tubuh kita terdiri dari dua lapisan. Lapisan luar yang kuat dan lapisan dalam yang lemah. Pengeroposan tulang seringkali tidak disadari karena terjadi jauh dalam tulang.

Lapisan Luar yang kuat adalah Tulang Cortical, sering juga disebut tulang padat, yang membentuk suatu lapisan yang melindungi sekitar tulang. Bersifat padat dan keras, memmbentuk hampir 80 % dari total massa kerangka.

Inti bagian dalam yang lemah, juga disebut tulang spons, tulang trabecular ini seperti rumah lebah dan merupakan bagian utama yang membentuk struktur tulang bagian dalam. Lebih keropos, kurang padat dan lebih lemah daripada tulang cortical. memiliki metabolisme tinggi sehingga membuatnya lebih mudah patah atau hancur.

Anda kehilangan Massa Tulang Anda Setiap Hari.
Massa tulang mencapai massa puncaknya pada sekitar usia 30 tahun, yaitu ketika proses penghancuran tulang (yang dilakukan oleh sel osteoclas) mulai terjadi lebih cepat dari proses pembentukan tulang (yang dilakukan oleh sel osteoblas).

Setelah bertahun-tahun, tulang kita menjadi lebih tipis dan rapuh. Hal ini berarti terjadi pengurangan kepadatan dan massa tulang secara bertahap.

Jika tidak diketahui, kondisi ini dapat mengakibatkan osteoporosis.

Apa itu Osteoporosis?
Osteoporosis (penyakit keropos tulang) adalah penyakit yang menyebabkan tulang Anda menjadi lemah, rapuh dan mudah patah. Kadang juga disebut Silet Disease, penyakit yang menyerang secara diam-diam, osteoporosis sering menyerang tanpa tanda-tanda (hingga terjadinya patah tulang).

Terjadinya patah tulang pada punggung (tulang belakang), panggul dan pergelangan tangan biasanya merupakan tanda awal terjadinya osteoporosis.

Osteoporosis, Fenomena yang meningkat!
Di dunia 1 dari 3 wanita dan 1 dari 5 pria di atas 50 tahun akan menderita patah tulang akibat osteoporosis. Di Asia, pada tahun 2050, 1 dari 2 patah tulang pinggang yang disebabkan oleh osteoporosis di dunia diperkirakan terjadi di Asia.

Jagalah kesehatan tulang anda dengan mengkonsumsi kalsium..

sumber  :http://wisbenbae.blogspot.com/2010/11/beberapa-fakta-tentang-tulang-anda.html

http://lubang-kecil.blogspot.com/2010/11/tulang-atau-kerangka-adalah-penopan

Sabtu, 20 November 2010

IQ, EQ dan SQ; dari Kecerdasan Tunggal ke Kecerdasan Majemuk

Kecerdasan merupakan salah satu anugerah besar dari Allah SWT kepada manusia dan menjadikannya sebagai salah satu kelebihan manusia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Dengan kecerdasannya, manusia dapat terus menerus mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidupnya yang semakin kompleks, melalui proses berfikir dan belajar secara terus menerus.


Dalam pandangan psikologi, sesungguhnya hewan pun diberikan kecerdasan namun dalam kapasitas yang sangat terbatas. Oleh karena itu untuk mempertahankan keberlangsungan hidupnya lebih banyak dilakukan secara instingtif (naluriah).

Berdasarkan temuan dalam bidang antropologi, kita mengetahui bahwa jutaan tahun yang lalu di muka bumi ini pernah hidup makhluk yang dinamakan Dinosaurus yaitu sejenis hewan yang secara fisik jauh lebih besar dan kuat dibandingkan dengan manusia. Namun saat ini mereka telah punah dan kita hanya dapat mengenali mereka dari fosil-fosilnya yang disimpan di musium-musium tertentu. Boleh jadi, secara langsung maupun tidak langsung, kepunahan mereka salah satunya disebabkan oleh faktor keterbatasan kecerdasan yang dimilikinya.

Dalam hal ini, sudah sepantasnya manusia bersyukur, meski secara fisik tidak begitu besar dan kuat, namun berkat kecerdasan yang dimilikinya hingga saat ini manusia ternyata masih dapat mempertahankan kelangsungan dan peradaban hidupnya.
Lantas, apa sesungguhnya kecerdasan itu ? Sebenarnya hingga saat ini para ahli pun tampaknya masih mengalami kesulitan untuk mencari rumusan yang komprehensif tentang kecerdasan.

Dalam hal ini, C.P. Chaplin (1975) memberikan pengertian kecerdasan sebagai kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif. Sementara itu, Anita E. Woolfolk (1975) mengemukan bahwa menurut teori lama, kecerdasan meliputi tiga pengertian, yaitu : (1) kemampuan untuk belajar; (2) keseluruhan pengetahuan yang diperoleh; dan (3) kemampuan untuk beradaptasi dengan dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya.

Memang, semula kajian tentang kecerdasan hanya sebatas kemampuan individu yang bertautan dengan aspek kognitif atau biasa disebut Kecerdasan Intelektual yang bersifat tunggal, sebagaimana yang dikembangkan oleh Charles Spearman (1904) dengan teori “Two Factor”-nya, atau Thurstone (1938) dengan teori “Primary Mental Abilities”-nya. Dari kajian ini, menghasilkan pengelompokkan kecerdasan manusia yang dinyatakan dalam bentuk Inteligent Quotient (IQ), yang dihitung berdasarkan perbandingan antara tingkat kemampuan mental (mental age) dengan tingkat usia (chronological age), merentang mulai dari kemampuan dengan kategori Ideot sampai dengan Genius (Weschler dalam Nana Syaodih, 2005).

Istilah IQ mula-mula diperkenalkan oleh Alfred Binet, ahli psikologi dari Perancis pada awal abad ke-20. Kemudian, Lewis Terman dari Universitas Stanford berusaha membakukan tes IQ yang dikembangkan oleh Binet dengan mempertimbangkan norma-norma populasi sehingga selanjutnya dikenal sebagai tes Stanford-Binet.
Selama bertahun-tahun IQ telah diyakini menjadi ukuran standar kecerdasan, namun sejalan dengan tantangan dan suasana kehidupan modern yang serba kompleks, ukuran standar IQ ini memicu perdebatan sengit dan sekaligus menggairahkan di kalangan akademisi, pendidik, praktisi bisnis dan bahkan publik awam, terutama apabila dihubungkan dengan tingkat kesuksesan atau prestasi hidup seseorang.

Adalah Daniel Goleman (1999), salah seorang yang mempopulerkan jenis kecerdasan manusia lainnya yang dianggap sebagai faktor penting yang dapat mempengaruhi terhadap prestasi seseorang, yakni Kecerdasan Emosional, yang kemudian kita mengenalnya dengan sebutan Emotional Quotient (EQ). Goleman mengemukakan bahwa kecerdasan emosi merujuk pada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan mengelola emosi dengan baik pada diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.
Menurut hemat penulis sesungguhnya penggunaan istilah EQ ini tidaklah sepenuhnya tepat dan terkesan sterotype (latah) mengikuti popularitas IQ yang lebih dulu dikenal orang. Penggunaan konsep Quotient dalam EQ belum begitu jelas perumusannya.

Berbeda dengan IQ, pengertian Quotient disana sangat jelas menunjuk kepada hasil bagi antara usia mental (mental age) yang dihasilkan melalui pengukuran psikologis yang ketat dengan usia kalender (chronological age).

Terlepas dari “kesalahkaprahan” penggunaan istilah tersebut, ada satu hal yang perlu digarisbawahi dari para “penggagas beserta pengikut kelompok kecerdasan emosional”, bahwasanya potensi individu dalam aspek-aspek “non-intelektual” yang berkaitan dengan sikap, motivasi, sosiabilitas, serta aspek – aspek emosional lainnya, merupakan faktor-faktor yang amat penting bagi pencapaian kesuksesan seseorang.

Berbeda dengan kecerdasan intelektual (IQ) yang cenderung bersifat permanen, kecakapan emosional (EQ) justru lebih mungkin untuk dipelajari dan dimodifikasi kapan saja dan oleh siapa saja yang berkeinginan untuk meraih sukses atau prestasi hidup.

Pekembangan berikutnya dalam usaha untuk menguak rahasia kecerdasan manusia adalah berkaitan dengan fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan. Kecerdasan intelelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) dipandang masih berdimensi horisontal-materialistik belaka (manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial) dan belum menyentuh persoalan inti kehidupan yang menyangkut fitrah manusia sebagai makhluk Tuhan (dimensi vertikal-spiritual). Berangkat dari pandangan bahwa sehebat apapun manusia dengan kecerdasan intelektual maupun kecerdasan emosionalnya. pada saat-saat tertentu, melalui pertimbangan fungsi afektif, kognitif, dan konatifnya manusia akan meyakini dan menerima tanpa keraguan bahwa di luar dirinya ada sesuatu kekuatan yang maha Agung yang melebihi apa pun, termasuk dirinya. Penghayatan seperti itu menurut Zakiah Darajat (1970) disebut sebagai pengalaman keagamaan (religious experience).

Brightman (1956) menjelaskan bahwa penghayatan keagamaan tidak hanya sampai kepada pengakuan atas kebaradaan-Nya, namun juga mengakui-Nya sebagai sumber nilai-nilai luhur yang abadi yang mengatur tata kehidupan alam semesta raya ini. Oleh karena itu, manusia akan tunduk dan berupaya untuk mematuhinya dengan penuh kesadaran dan disertai penyerahan diri dalam bentuk ritual tertentu, baik secara individual maupun kolektif, secara simbolik maupun dalam bentuk nyata kehidupan sehari-hari (Abin Syamsuddin Makmun, 2003).

Temuan ilmiah yang digagas oleh Danah Zohar dan Ian Marshall, dan riset yang dilakukan oleh Michael Persinger pada tahun 1990-an, serta riset yang dikembangkan oleh V.S. Ramachandran pada tahun 1997 menemukan adanya God Spot dalam otak manusia, yang sudah secara built-in merupakan pusat spiritual (spiritual centre), yang terletak diantara jaringan syaraf dan otak. Begitu juga hasil riset yang dilakukan oleh Wolf Singer menunjukkan adanya proses syaraf dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha yang mempersatukan dan memberi makna dalam pengalaman hidup kita. Suatu jaringan yang secara literal mengikat pengalaman kita secara bersama untuk hidup lebih bermakna. Pada God Spot inilah sebenarnya terdapat fitrah manusia yang terdalam (Ari Ginanjar, 2001). Kajian tentang God Spot inilah pada gilirannya melahirkan konsep Kecerdasan Spiritual, yakni suatu kemampuan manusia yang berkenaan dengan usaha memberikan penghayatan bagaimana agar hidup ini lebih bermakna. Dengan istilah yang salah kaprahnya disebut Spiritual Quotient (SQ)

Jauh sebelum istilah Kecerdasan Spiritual atau SQ dipopulerkan, pada tahun 1938 Frankl telah mengembangkan pemikiran tentang upaya pemaknaan hidup. Dikemukakannya, bahwa makna atau logo hidup harus dicari oleh manusia, yang di dalamnya terkandung nilai-nilai : (1) nilai kreatif; (2) nilai pengalaman dan (3) nilai sikap. Makna hidup yang diperoleh manusia akan menjadikan dirinya menjadi seorang yang memiliki kebebasan rohani yakni suatu kebebasan manusia dari godaan nafsu, keserakahan, dan lingkungan yang penuh persaingan dan konflik. Untuk menunjang kebebasan rohani itu dituntut tanggung jawab terhadap Tuhan, diri dan manusia lainnya.

Menjadi manusia adalah kesadaran dan tanggung jawab (Sofyan S. Willis, 2005).
Di Indonesia, penulis mencatat ada dua orang yang berjasa besar dalam mengembangkan dan mempopulerkan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual yaitu K.H. Abdullah Gymnastiar atau dikenal AA Gym, da’i kondang dari Pesantren Daarut Tauhiid - Bandung dengan Manajemen Qalbu-nya dan Ary Ginanjar, pengusaha muda yang banyak bergerak dalam bidang pengembangan Sumber Daya Manusia dengan Emotional Spritual Quotient (ESQ)-nya.

Dari pemikiran Ary Ginanjar Agustian melahirkan satu model pelatihan ESQ yang telah memiliki hak patent tersendiri. Konsep pelatihan ESQ ala Ary Ginanjar Agustian menekankan tentang : (1) Zero Mind Process; yakni suatu usaha untuk menjernihkan kembali pemikiran menuju God Spot (fitrah), kembali kepada hati dan fikiran yang bersifat merdeka dan bebas dari belenggu; (2) Mental Building; yaitu usaha untuk menciptakan format berfikir dan emosi berdasarkan kesadaran diri (self awareness), serta sesuai dengan hati nurani dengan merujuk pada Rukun Iman; (3) Mission Statement, Character Building, dan Self Controlling; yaitu usaha untuk menghasilkan ketangguhan pribadi (personal strength) dengan merujuk pada Rukun Islam; (4) Strategic Collaboration; usaha untuk melakukan aliansi atau sinergi dengan orang lain atau dengan lingkungan sosialnya untuk mewujudkan tanggung jawab sosial individu; dan (5) Total Action; yaitu suatu usaha untuk membangun ketangguhan sosial (Ari Ginanjar, 2001).

Berkembangnya pemikiran tentang kecerdasan emosional (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ) menjadikan rumusan dan makna tentang kecerdasan semakin lebih luas. Kecerdasan tidak lagi ditafsirkan secara tunggal dalam batasan intelektual saja. Menurut Gardner bahwa “salah besar bila kita mengasumsikan bahwa IQ adalah suatu entitas tunggal yang tetap, yang bisa diukur dengan tes menggunakan pensil dan kertas”. Hasil pemikiran cerdasnya dituangkan dalam buku Frames of Mind.. Dalam buku tersebut secara meyakinkan menawarkan penglihatan dan cara pandang alternatif terhadap kecerdasan manusia, yang kemudian dikenal dengan istilah Kecerdasan Majemuk (Multiple Intelligence) (Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl, 2002) .

Berkat kecerdasan intelektualnya, memang manusia telah mampu menjelajah ke Bulan dan luar angkasa lainnya, menciptakan teknologi informasi dan transportasi yang menjadikan dunia terasa lebih dekat dan semakin transparan, menciptakan bom nuklir, serta menciptakan alat-alat teknologi lainnya yang super canggih. Namun bersamaan itu pula kerusakan yang menuju kehancuran total sudah mulai nampak. Lingkungan alam merasa terusik dan tidak bersahabat lagi. Lapisan ozon yang semakin menipis telah menyebabkan terjadinya pemanasan global, banjir dan kekeringan pun terjadi di mana-mana Gunung-gunung menggeliat dan memuntahkan awan dan lahar panasnya. Penyakit-penyakit ragawi yang sebelumnya tidak dikenal, mulai bermunculan, seperti Flu Burung (Avian Influenza), AIDs serta jenis-jenis penyakit mematikan lainnya. Bahkan, tatanan sosial-ekonomi menjadi kacau balau karena sikap dan perilaku manusia yang mengabaikan kejujuran dan amanah (perilaku koruptif dan perilaku manipulatif).

Manusia telah berhasil menciptakan “raksasa-raksasa teknologi” yang dapat memberikan manfaat bagi kepentingan hidup manusia itu sendiri. Namun dibalik itu, “raksasa-raksasa teknologi” tersebut telah bersiap-siap untuk menerkam dan menghabisi manusia itu sendiri. Kecerdasan intelektual yang tidak diiringi dengan kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritualnya, tampaknya hanya akan menghasilkan kerusakan dan kehancuran bagi kehidupan dirinya maupun umat manusia. Dengan demikian, apakah memang pada akhirnya kita pun harus bernasib sama seperti Dinosaurus ?

Dengan tidak bermaksud mempertentangkan mana yang paling penting, apakah kecerdasan intelektual, kecerdasan emosional atau kecerdasan spiritual, ada baiknya kita mengambil pilihan eklektik dari ketiga pilihan tersebut. Dengan meminjam filosofi klasik masyarakat Jawa Barat, yaitu cageur, bageur, bener tur pinter, maka kita dapat menarik kesimpulan bahwa dengan kecerdasan intelektualnya (IQ) orang menjadi cageur dan pinter, dengan kecerdasan emosional (EQ) orang menjadi bageur, dan dengan kecerdasan spiritualnya (SQ) orang menjadi bener. Itulah agaknya pilihan yang bijak bagi kita sebagai pribadi maupun sebagai pendidik (calon pendidik) !
Sebagai pribadi, salah satu tugas besar kita dalam hidup ini adalah berusaha mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusian yang kita miliki, melalui upaya belajar (learning to do, learning to know (IQ), learning to be (SQ), dan learning to live together (EQ), serta berusaha untuk memperbaiki kualitas diri-pribadi secara terus-menerus, hingga pada akhirnya dapat diperoleh aktualisasi diri dan prestasi hidup yang sesungguhnya (real achievement).

Sebagai pendidik (calon pendidik), dalam mewujudkan diri sebagai pendidik yang profesional dan bermakna, tugas kemanusiaan kita adalah berusaha membelajarkan para peserta didik untuk dapat mengembangkan segenap potensi (fitrah) kemanusian yang dimilikinya, melalui pendekatan dan proses pembelajaran yang bermakna (Meaningful Learning) (SQ), menyenangkan (Joyful Learning) (EQ) dan menantang atau problematis (problematical Learning) (IQ), sehingga pada gilirannya dapat dihasilkan kualitas sumber daya manusia Indonesia yang cageur, bageur, bener, tur pinter.
Sebagai penutup tulisan ini, mari kita renungkan ungkapan dari Howard Gardner bahwa : “BUKAN SEBERAPA CERDAS ANDA TETAPI BAGAIMANA ANDA MENJADI CERDAS ! ”

Sumber Bacaan :

Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi Pendidikan. Bandung : PT Rosda Karya Remaja.
Akhmad Sudrajat. 2006. Psikologi Pendidikan. Kuningan : PE-AP Press
Ary Ginanjar Agustian. 2001. ESQ Berdasarkan 6 Rukun Iman dan 5 Rukun Islam; Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosi dan Sipritual. Jakarta : Arga.
Basyar Isya. 2002. Menjadi Muslim Prestatif. Bandung : MQS Pustaka Grafika
Colin Rose dan Malcolm J. Nicholl. 2002. Accelerated Learning for The 21st Century (terj. Dedi Ahimsa). Bandung : Nuansa.
Daniel Goleman.1999. Working With Emotional Intelligence. (Terj. Alex Tri Kancono Widodo), Jakarta : PT Gramedia.
E.Mulyasa. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Konsep, Karakteristik dan Implementasi. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
Gendler, Margaret E. 1992. Learning & Instruction; Theory Into Practice. New York: McMillan Publishing.
H.M. Arifin. 2003. Teori-Teori Konseling Agama dan Umum. Jakarta. PT Golden Terayon Press.
Nana Syaodih Sukmadinata. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : P.T. Remaja Rosdakarya.
Sofyan S. Willis. 2004. Konseling Individual; Teori dan Praktek. Bandung : Alfabeta
Syamsu Yusuf LN. 2003. Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja.. Bandung: PT Rosda Karya Remaja

DISONANSI MORAL ANAK

Hakikat anak sebagai manusia pada umumnya memiliki 3 tenaga dalam, yaitu Id, Ego, dan Super Ego yang akan memberikan pengaruh untuk melakukan berbagai kegiatan positif maupun negatif. Sebagai guru Taman Kanak-kanak Anda harus mencermatinya agar dapat memberikan motivasi untuk mengarahkan pada kegiatan yang positif. Pendidikan akan sangat berarti bagi anak didik jika mampu membuahkan hasil yaitu adanya perubahan sikap dan perilaku ke arah positif.

Dalam teori penanaman moral dan etika, dikenal adanya istilah Disonansi Moral yang berarti gema, atau echo yang ada pada diri manusia yang bersifat melemahkan suara hati dan prinsip-prinsip, serta keyakinan dalam proses pendidikan maupun kehidupan. Lawan dari Disonansi Moral adalah Resonansi, yang justru mengukuhkan/menekankan adanya gema atau getar nilai, norma dan moral yang telah diketahui seseorang dari proses pendidikan sebelumnya. Peranan guru dan orang tua dalam hal ini adalah sebagai pengontrol dan pengendali perilaku dan sikap anak didik kita, dalam proses pendidikan yang mereka jalani. Peranan resonansilah yang patut kita tekankan dalam kegiatan pendidikan yang perlu kita disain bersama.

Menurut Freud, diri manusia memiliki struktur psikologis yang bertugas mengalirkan dorongan-dorongan atau energi psikis yang ada. Struktur ini berfungsi sebagai mediator (perantara) atau dorongan dan perilaku seseorang.

Penyebab Disonansi Moral

Munculnya disonansi pada diri manusia disebabkan adanya beberapa faktor penyebab, seperti disonansi kognitif, disonansi personal, disonansi sosio politis dan disonansi pengaruh kemajuan ilmu pengetahuan dan pola modernisasi.

Disonansi kognitif muncul karena adanya rasa lebih tahu segalanya, mengetahui cara/jalan keluarnya jika suatu saat perbuatannya diketahui, merasa lihai dalam memberikan argumentasi. Disonansi personal muncul didorong oleh kebutuhan dan kepentingan diri, ketergesaan, dan keadaan darurat, kekerabatan dan keluarga, keyakinan diri dan mitos, kebiasaan dan budaya, tugas dan jabatan, dan hasrat untuk sukses dan kesenangan. Disonansi sosio politis dimungkinkan oleh adanya faktor ideologi, ras dan kesukuan, nasionalisme dan sebagainya.

Keterbukaan dalam komunikasi, peningkatan mobilitas dan pengendoran integritas manusia, pola hidup dan pola pikir yang rasional, materialisme, individualisme, daya tarik kehidupan sosial, dan peningkatan persaingan telah menjadi masalah kehidupan yang harus kita cermati bersama dalam menyelamatkan anak didik kita masing-masing.

Kamis, 18 November 2010

Hiperplasia Endometrium

Hiperplasia Endometrium adalah suatu kondisi di mana lapisan dalam rahim (endometrium) tumbuh secara berlebihan. Kondisi ini merupakan proses yang jinak (benign), tetapi pada beberapa kasus (hiperplasia tipe atipik) dapat menjadi kanker rahim.

Endometrium merupakan lapisan paling dalam dari rahim. Lapisan ini tumbuh dan menebal setiap bulannya dalam rangka mempersiapkan diri terhadap terjadinya kehamilan, agar hasil konsepsi bisa tertanam. Jika tidak terjadi kehamilan, maka lapisan ini akan keluar saat menstruasi.

Hormon yang ada di tubuh wanita: estrogen dan progesteron mengatur perubahan endometrium, dimana estrogen merangsang pertumbuhannya dan progesteron mempertahankannya. Sekitar pertengahan siklus haid, terjadi ovulasi (lepasnya sel telur dari indung telur). Jika sel telur ini tidak dibuahi (oleh sperma), maka kadar hormon (progesteron) akan menurun, sehingga timbullah haid/menstruasi.

Pada saat mendekati menopause, kadar hormon2 ini berkurang. Setelah menopause wanita tidak lagi haid, karena produksi hormon ini sangat sedikit sekali. Untuk mengurangi keluhan/gejala menopause sebagian wanita memakai hormon pengganti dari luar tubuh (terapi sulih hormon), bisa dalam bentuk kombinasi estrogen + progesteron ataupun estrogen saja.

Estrogen tanpa pendamping progesteron (unoppesd estrogen) akan menyebabkan penebalan endometrium. Pada beberapa kasus sel2 yang menebal ini menjadi tidak normal yang dinamakan Hiperplasis atipik yang merupakan cikal bakal kanker rahim.
Risiko terjadinya hiperplasia endometrium bisa tinggi pada: usia sekitar menopause, menstruasi yang tidak beraturan atau tidak ada haid sama sekali, over-weight, diabetes, SOPK (PCOS), mengkonsumsi estrogen tanpa progesteron dalam mengatasi gejala menopause. Gejalanya yang biasa/sering adalah perdarahan pervagina yang tidak normal (bisa haid yang banyak dan memanjang).

Berikut ini beberapa pemeriksaan yang biasa dilakukan pada hiperplasia endometrium:
USG: Terutama yang transvaginal.
Biopsi : pengambilan sampel endometrium, selanjutnya di periksa dengan mikroskop (PA)
Dilatasi dan Kuretase (D&C): leher rahim dilebarkan dengan dilatator kemudian hiperplasianya dikuret. Hasil kuret lalau di PA-kan.
Hysteroscopy: memasukkan kamera (endoskopi) kedalam rahim lewat vagina. Dilakukan juga pengambilan sampel untuk di PA-kan

Pada kebanyakan kasus hiperplasisa dapat diobati dengan obat2an yaitu dengan memakai progesteron. Progesteron menipiskan/menghilangkan penebalan serta mencegahnya tidak menebal lagi. Namun pemakain progesteron ini menimbulkan bercak (spotting).

Setelah mengkonsumsi progeteron dalam waktu tertentu, dilakukan evaluasi kembali endometriumnya dengan cara di biopsi atau metode sampling lainnya. Jika tidak ada perbaikan, dilakukan dapat diberikan obat lagi. Histerektomi atau pengangkatan rahim dilakukan jika anak sudah cukup atau hiperplasia nya jenis atipik. Namun jika masih ingin punya anak maka masih ada pilihan dilakukan terapi hormonal.

Hal2 dibawah ini dapat mengurangi risiko terjadinya hiperplasia endometrium:
* Terapi sulih hormon yang seimbang (estrogen plus progesteron).
* Jika haid tidak teratur (tidak tiap bulan ada), dapat diberikan progesteron agar tidak terjadi penebalan endometrium. Pil KB yang mengandung kombinasi estrogen-progesteron dapat memncegah hiperplasia pada wanita dengan haid yang tidak teratur.
* Jika overweight, kurangi BB.
Read more: http://www.drdidispog.com/2009/02/hiperplasia-endometrium.html#ixzz15RNxqvbX

Minggu, 14 November 2010

Retardasi Mental

Anak-anak yang mengalami mental retardasi tidak berkemampuan untuk mengerti situasi yang serius dan tidak dapat pula berperilaku sesuai dengan situasi hukum yang berlaku. Seseorang anak yang mengalami mental retardasi dalam hal komonikasi mengalami kesulitan karena perbendaharaan kata yang terbatas, mereka mengalami kesulitan (handicap) dalam kemampuan untuk membaca serta untuk menulis.

Dalam hal ini mereka juga mengalami kesulitan dalam bertingkah laku yang sesuai dengan usianya, dan mereka lebih memilih anak-anak yang usianya lebih rendah dari dirinya sebagai temannya.

Mereka juga sukar sekali menerima interaksi dengan teman se-usianya, demikian juga interaksi yang terbatas dengan teman lawan jenisnya kelaminnya. Diketemukan pula sifat yang akan sangat merugikan dirinya, seperti mudah dipengaruhi dan ingin sekali menyenangkan orang lain.

Mereka sering mengalami kesulitan dalam berkomonikasi (bertelepon misalnya) Beberapa diantara kasus-kasus mental retardasi, diketahui bahwa ambang frustasinya rendah sekali, dan sering kekecewaan yang tidak jelas ujung pangkalnya, meledak dengan hebatnya.

Seorang anak yang mengalami mental retardasi tidak dapat mengenal situasi yang serius, terlebih lagi mereka itu tidak dapat merespon suatu tindakan, dengan cara yang impulsif. Dalam perbuatan kriminal mereka selalu ingin menjadi pengikut dan tidak pernah berkenginan menjadi pemimpin.

Kasus-kasus hukum sering dialaminya, misalnya membut suatu pengakuan yang berlebihan, serta sering mengalami kesulitan untuk mengingat bukti atau kesalahan secara terperinci, dan bila melihat polisi mereka biasanya telah menjadi takkut terlebih dahulu.

Yang ingin diketahui oleh pembaca, apa sih sebenarnya retardasi mental tersebut. Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang ditandai dengan sejumlah sikap, yaitu motorik dan dalam kemampuan berbahasa.

Sikap masyarakat

Seseorang yang memiliki defisensi mental (mental retardasi) pada zaman dahulu tidak diperhatikan hak-hak azasinya dan dibiarkan terlantar tanpa ada pengasuhan untuknya. Tentu saja keadaan yang sedemikian ini juga disertai dengan sumpah serapah, bukannya dengan kasih sayang, karena kondisi lahirnya seorang anak yang tidak pernah diharpkan seperti itu.

Malah pada bangsa Spartan dahulu kala, penderita mental retardasi dibuang ketempat yang jauh dari jamahan manusia, dan mereka ditinggalkan begitu rupa. Barulah kemudian disadari, bahwa keadaan tersebut bukanlah yang seperti itu, Artinya mereka itu bukanlah lahir sebagai kutukan.

Dan lucunya, pada abad pertengahan, kurang lebih sekitar abad kesepuluh dan kedua belas penderita mental retardasi disamakan dengan penderita sakit jiwa, dan karena itu, sikap yang diberikan adalah pengasingan dan pengusiran.

Di Perancis, pada abad ke 15 dan ke 16, mulai ada perhatian terhadap penderita mental retardasi, mereka mulai mendapatkan perawatan secara khusus. Mulai dikenal adanya perhatian serta perwatan yang diberikan kepada penderita mental retardasi, dimulai pendekatan ilmiah, setelah sebuah diskusi panjang berdasarkan tulisan dari MarieGaspard, yang berjudul Savage ofAveryon, yaitu ceritera tentang seorang anak laki-laki yang berusia 12 tahun,karena ditinggalkan oleh orang tuanya dihutan, sebagai anak yang mengalami mental retardasi, ditinggalkan oleh orang tuanya. Anak tersebut karena ditinggal dihutan, menyebabkan dia tidak berpendidikan, dan menjadi seorang mental retardasidalam taraf idiot. Anak tersebut kemudian setelah diketemukan hidup dalam hutan, akhirnya dicoba untuk dikembangkan, yaitu dengan melakukan pelatihan, namun anak tersebut tetap berada dalam keadaan idiot. hal ini lebih bersebab karena lamanya dia dalam pengasuhan binatang dan bukan oleh manusia selama didalam hutan.

Murid dari gaspard, yaitu Eduard Seguin, mencurahkan hidupnya dalam mengasuh anak-anak yang menderita mental retardasi, yaitu dengan melatih dan mendidik mereka yaitu dalam pelatihan motor-sensoris.

Penelitian berikutnya berkembang sedemikian rupa, dan kegiatan tersebut lebih diarahkan untuk melakukan pengembangan dalam melatih anak-anak yang mengalami retardasi mental, dan kemudian dikembangkan berbagai penelitian yang bertujuan untuk mengukur tes intelegensi.

Penyebab terjadinya retardasi mental

Ada beberapa faktor penyebab yang dinyatakan sebagai dasar terjadinya retardasi mental, misalnya faktor cedera yang terjadi didalam rahim, saat bayi tersebut masih berbentuk janin. Selain itu dapat pula terjadi cedera pada saat kelahiran (persalinan). Ada teori lain, menyebutkan adanya variasi somatik yang dikarenakan perubahan fungsi kelenjar internal dari sang ibu selama terjadinya kehamilan, dan hal ini belum diketahui secara lengkap mekanismenya.

Selain itu, perlulah diawasi dengan ketat, penyakit-penyakit yang terjadi pada awal masa kanak-kanak, karena hal yang sedemikian itu juga dapat menimbulkan mental retardasi. Disebutkan pula ada sejumlah faktor genetik lainnya yang dapat menimbulkan gangguan mental mental retardasi.

Demikian pula halnya dengan beberapa faktor prenatal yang dialami oleh ibu-ibu yang hamil, misalnya telah sama diketahui bahwa calon ibu-ibu yang mengalami penyakit campak Jerman (Rubella) sering anak yang dikandungnya dikemudian hari akan mengalami gangguan mental retardasi.

Mental Retardasi merupakan ciri yang berkaitan dengan sindroma Down, dan keadaan ini memang agak kurang menyenangkan karena retardasi mental yang sedemikian ini merupakan kelompok retardasi mental dari yang berat sampai pada yang sedang. Jarang mereka dengan keadaan sedemikian ini bisa mencapai IQ sampai dengan 50. Dianogsa sindroma, a Down relatif mudah dibuat pada anak-anak yang lebih besar, namun lebih sukar pada bayi-bayi yang masih kecil.

Berapa IQ yang normal.

Seorang anak dikatakan mengalami kondisi mental retardasi berdasarkan angka IQ, yaitu angka intelegensia umur kronologis yang dibandingkan intelegensia umur yang normal pada waktu bersangkutan.

Angka IQyang normal pada umumnya berkisar diantara 90 s/d 120, sedang diatas angka IQ diatas 120, dinyatakan sebagai angka diatas rata-rata. Sedangkan angka diatas IQ diantara 70 s/d 89 merupakan kelompok yang border line (tidak rata-rata, juga tidak dibawahnya.) Karena bila angkanya dibawah 69 sampai 50 maka kelompok ini dinyatakan sebagai kelompok mental retardasi yang ringan.

Dalam kelompok yang mental retardasi yang ringan ini mereka berada dalam taraf pemahaman penggunaan bahasa cenderung terlambat, termasuk kemampuannya dalam berbicara yang resmi, sehingga akan mengganggu kemandiriannya.

Mereka yang menjadi kelompok dengan IQ sebesar 35 -s/d 49 dikelompokkan dalam mental retardasi yang sedang. Biasanya mereka menunjukkan penampilan kemampuan yang tidak sesuai, dimana tingkat perkembangan bahasa bervariasi ada yang dapat mengikuti percakapan sederhana, ada pula yang tidak. Ada pula yang tidak pernah mampu untuk belajar mempergunakan bahasa, meskipunmungkin mereka dapat mengerti intruksi sederhana dan belajar menggunakan isyarat tangan. Kelompok ini juga sering disebut dengan kelompok imbesil.

Pada mental mental retardasi berat umumnya angka IQ ini berkisar antara 20-s/d34, dimana dalam kategori ini pada umumnya mirip dengan mental retardasi sedang dalam gambaran klinisnya, namun prestasi yang diperlihatkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan mental retardasi sedang.

Kebanykan penyandang mental retardasi ini menderita hendaya motorik yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya dan kondisi yang seperti ini menunjukkan adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis dari susunan syaraf pusat.

Bila IQ nya dibawah 20 maka kondisi ini praktis berati penyandang yang bersangkutan sangat terbatas kemampuannya, untuk memahami atau memenuhi intruksi yang diberikan. Sebagian besar dari mereka tidak dapat bergerak atau sangat terbatas dalam gerakannya. Hanya mampu berkomonikasi nonverbal yang belum sempurna, Mereka hampir-hampir tidak mempunyai kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri akan kebutuhan dasarnya, dan mereka senantiasa memerlukan bantuan dan pengawasan. Kelompok ini disebut juga dengan idiot, yang mana pemahaman serta penggunaan bahasa sangat terbatas, paling-paling hanya mengerti perintahdasar dan mengajukan permohonan sederhana.

Suatu etiologi organik dapat terjadi pada semua gangguan idiot ini, dan biasanya disertai dengan stabilitas neurologis dan fisik lainnya yang berat yang mempengaruhi mobilitas. Dari kesemuanya ini, mental retardasi diagnosisnya dapat dibuat setelah riwayat penyakit, pemeriksaan intelektual yang baku, serta pengukuran fungsi adaptif, yang menunjukkan bahwa perilaku anak pada saat sekarang ini adalah secara bermakna dibawah tingkat yang diharapkan. Diagnosis sendiri tidak menyebutkan penyebab ataupun prognosisnya. Suatu riwayat penyakit dan wawancara psikiatrik berguna untuk mendapatkan gambaran longitudinal perkembangan dan fungsi si-anak.

(Ayub Sani Ibrahim Guru Besar Ilmu Kesehatan Jiwa)

Stop Using The Word ‘Autis’ in Your Daily Jokes!

This post is totally unrelated to the glamorous side of fashion, but good manners and empathy are always in fashion, aren’t they? So we’re not too far off here. Besides, we have Editor’s Notes section where we can write just about anything. And this is something that I feel strongly about, so I just have to let it out.
Setiap harinya, pasti kita sering banget mendengar kata Autis, apalagi sejak wabah Blackberry melanda sekeliling kita. Banyak orang yang asik dengan Blackberrynya di tengah tengah keramaian dan seolah tidak perduli dengan sekitarnya, seperti salah satu gejala anak yang menderita penyakit autisme, mereka susah untuk berkomunikasi, tidak mempunyai minat untuk bersosialisasi dan seperti hidup di dunianya sendiri.
If my memory serves me right, I have never used the word ‘autis’ outside its correct context, I don’t have a reasoning behind it and never associate it with the disorder, I just don’t use it.. until last night when I saw Lita Mariana (I think she’s also an FD reader) status on Facebook that says “Mencela orang yang menggunakan istilah ‘autis’ dalam candanya. Tidak lucu. Tidak merendah hati. Tidak peka sosial. Ever think of being the parents of one?” That’s when it struck me the bigger picture of it that never occurred to me before.

Autism is of course, not a joke, it’s a brain development disorder, something we don’t want to have, something we don’t wish to our worst enemy, something we wish our unborn children will never have anything to do with it because like everyone else, we want our loved ones to lead a normal life, to develop like other kids and have a bright future, and we’re also afraid that maybe we don’t have the balls to raise an autistic kid.
I don’t know how it is like to be an autistic person, or how hard it is to be a parent of one. Taking care of a kid is not an easy task, let alone taking care of one with special needs. I can’t imagine how the parents must have felt whenever they hear about the insensitive jokes about autism that are inserted in everyday conversation. If one of our loved ones is autistic, we sure wouldn’t have the heart to joke about it, right? This is why we need to stop being insensitive, and give the autistic kids the respect that they deserve and have a little empathy to the parents who have been trying their best to treat their kids, all in the hope that their kids can live a fairly normal life, just like us the lucky ones.
So with all this being said, I’m going to be even more adamant about not using the word ‘autis’  as a slank word, because it’s just not right, and it’s not funny, and you should not use it too, unless you have dealt with one.

Apa itu Autisme

Autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks pada anak, yang gejalanya sudah timbul sebelum anak itu mencapai usia tiga tahun.

Penyebab autisme
adalah gangguan neurobiologis yang mempengaruhi fungsi otak sedemikian rupa sehingga anak tidak mampu berinteraksi dan berkomunikasi dengan dunia luar secara efektif. Gejala yang sangat menonjol adalah sikap anak yang cenderung tidak mempedulikan lingkungan dan orang-orang di sekitarnya, seolah menolak berkomunikasi dan berinteraksi, serta seakan hidup dalam dunianya sendiri. Anak autistik juga mengalami kesulitan dalam memahami bahasa dan berkomunikasi secara verbal.

Disamping itu seringkali (prilaku stimulasi diri) seperti berputar-putar, mengepak-ngepakan tangan seperti sayap, berjalan berjinjit dan lain sebagainya.

Gejala autisme sangat bervariasi. Sebagian anak berperilaku hiperaktif dan agresif atau menyakiti diri, tapi ada pula yang pasif. Mereka cenderung sangat sulit mengendalikan emosinya dan sering tempertantrum (menangis dan mengamuk). Kadang-kadang mereka menangis, tertawa atau marah-marah tanpa sebab yang jelas.
Selain berbeda dalam jenis gejalanya, intensitas gejala autisme juga berbeda-beda, dari sangat ringan sampai sangat berat.
Oleh karena banyaknya perbedaan-perbedaan tersebut di antara masing-masing individu, maka saat ini gangguan perkembangan ini lebih sering dikenal sebagai Autistic Spectrum Disorder (ASD) atau Gangguan Spektrum Autistik (GSA).

Autisme dapat terjadi pada siapa saja, tanpa membedakan warna kulit, status sosial ekonomi maupun pendidikan seseorang. Tidak semua individu ASD/GSA memiliki IQ yang rendah. Sebagian dari mereka dapat mencapai pendidikan di perguruan tinggi. Bahkan ada pula yang memiliki kemampuan luar biasa di bidang tertentu (musik, matematika, menggambar).


Prevalensi autisme menigkat dengan sangat mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Menurut Autism Research Institute di San Diego, jumlah individu autistik pada tahun 1987 diperkirakan 1:5000 anak. Jumlah ini meningkat dengan sangat pesat dan pada tahun 2005 sudah menjadi 1:160 anak. Di Indonesia belum ada data yang akurat oleh karena belum ada pusat registrasi untuk autisme. Namun diperkirakan angka di Indonesia pun mendekati angka di atas. Autisme lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita, dengan perbandingan 4:1  

sumber artikel dari autis.info 

Sabtu, 13 November 2010

Autism checklist DSM-IV

Autism symptoms checklist from the DSM-IV

(Diagnostic and statistical manual of mental disorders).

A) A total of six (or more) items from (1), (2) and (3), with at least two from (1) and one from (2) and (3).

(1) Qualitative impairment in social interaction, as manifested by at least two of the following:

a) Marked impairments in the use of multiple non-verbal behaviors such as eye-to-eye gaze, facial expression, body posture and gestures to regulate social interaction.

b) Failure to develop peer relationships appropriate to developmental level.

c) A lack of spontaneous seeking to share enjoyment, interests or achievements with other people (e.g. by a lack of showing, bringing or pointing out objects of interest to other people).

d) Lack of social or emotional reciprocity (note: in the description, it gives the following as examples: not actively participating in simple social play or games, preferring solitary activities or involving others in activities only as tools or "mechanical" aids).

(2) Qualitative impairments in communication as manifested by at least one of the following:

a) Delay in, or total lack of, the development of spoken language (not accompanied by an attempt to compensate through alternative modes of communication such as gesture or mime).

b) In individuals with adequate speech, marked impairment in the ability to initiate or sustain a conversation with others.

c) Stereotyped and repetitive use of language or idiosyncratic language.

d) Lack of varied, spontaneous make- believe play or social initiative play appropriate to developmental level.

(3) Restricted repetitive and stereotyped patterns of behavior, interests and activities, as manifested by at least two of the following:

a) Encompassing preoccupation with one or more stereotyped and restricted patterns of interest that is abnormal either in intensity or focus.

b) Apparently inflexible adherence to specific, non-functional routines or rituals.

c) Stereotyped and repetitive motor mannerisms (e.g. hand or finger flapping or twisting or complex whole body movements).

d) Persistent preoccupation with parts of objects.

B) Delays or abnormal functioning in at least one of the following areas, with onset prior to age 3 years:

(1) Social interaction

(2) Language as used in social communication

(3) Symbolic or imaginative play

C) The disturbance is not better accounted for by Rett’s disorder or Childhood Disintegrative disorder.

Asperger

Sindrom Asperger atau Gangguan Asperger (SA) merupakan suatu gejala kelainan perkembangan syaraf otak yang namanya diambil dari seorang dokter berkebangsaan Austria, Hans Asperger, yang pada tahun 1944 menerbitkan sebuah makalah yang menjelaskan mengenai pola perilaku dari beberapa anak laki-laki memiliki tingkat intelegensi dan perkembangan bahasa yang normal, namun juga memperlihatkan perilaku yang mirip autisme, serta mengalami kekurangan dalam hubungan sosial dan kecakapan komunikasi. Walaupun makalahnya itu telah dipublikasikan sejak tahun 1940-an, namun Sindrom Asperger baru dimasukkan ke dalam katergori DSM IV pada tahun 1994 dan baru beberapa tahun terakhir Sindrom Asperger tersebut dikenal oleh para ahli dan orang tua.

Seseorang penyandang SA dapat memperlihatkan bermacam-macam karakter dan gangguan tersebut. Seseorang penyandang SA dapat memperlihatkan kekurangan dalam bersosialisasi, mengalami kesulitan jika terjadi perubahan, dan selalu melakukan hal-hal yang sama berulang ulang. Sering mereka terobsesi oleh rutinitas dan menyibukkan diri dengan sesuatu aktivitas yang menarik perhatian mereka. Mereka selalu mengalami kesulitan dalam membaca aba-aba (bahasa tubuh) dan seringkali seseorang penyandang SA mengalami kesulitan dalam menentukan dengan baik posisi badan dalam ruang (orientasi ruang dan bentuk).

Karena memiliki perasaan terlalu sensitif yang berlebihan terhadap suara, rasa, penciuman dan penglihatan, mereka lebih menyukai pakaian yang lembut, makanan tertentu dan merasa terganggu oleh suatu keributan atau penerangan lampu yang mana orang normal tidak dapat mendengar atau melihatnya. Penting untuk diperhatikan bahwa penyandang SA memandang dunia dengan cara yang berlainan. Sebab itu, banyak perilaku yang aneh dan luar biasa yang disebabkan oleh perbedaan neurobiologi tersebut, bukan karena sengaja berlaku kasar atau berlaku tidak sopan, dan yang lebih penting lagi, adalah bukan dikarenakan 'hasil didikan orang tua yang tidak benar'.

Menurut definisi, penyandang SA mempunyai IQ.normal dan banyak dari mereka (walaupun tidak semua) memperlihatkan pengecualian dalam keterampilan atau bakat di bidang tertentu. Karena mereka memiliki fungsionalitas tingkat tinggi serta bersifat naif, maka mereka dianggap eksentrik, aneh dan mudah dijadikan bahan untuk ejekan dan sering dipaksa temanya untuk berbuat sesuatu yang tidak senonoh. Walaupun perkembangan bahasa mereka kelihatannya normal, namun penyandang SA sering tidak pragmatis dan prosodi. Perbendaharaan kata-kata mereka kadang sangat kaya dan beberapa anak sering dianggap sebagai 'profesor kecil'. Namun mereka dapat menguasai literatur tapi sulit menggunakan bahasa dalam konteks sosial.

Sifat-sifat dalam belajar dan berperilaku pada murid penyandang Asperger antara lain:

  1. Sindrom Asperger merupakan suatu sifat khusus yang ditandai dengan kelemahan kualitatif dalam berinteraksi sosial. Sesorang penyandang Sindrom Asperger (SA) dapat bergaul dengan orang lain, namun dia tidak mempunyai keahlian berkomunikasi dan mereka akan mendekati orang lain dengan cara yang ganjil (Klin & Volkmar, 1997). Mereka sering tidak mengerti akan kebiasaan sosial yang ada dan secara sosial akan tampak aneh, sulit ber-empati, dan salah menginterpretasikan gerakan-gerakan. Pengidap SA sulit dalam berlajar bersosialisasi serta memerlukan suatu instruksi yang jelas untuk dapat bersosialisasi.
  2. Walaupun anak-anak penyandang SA biasanya berbicara lancar saat mencapai usia lima tahun, namun mereka sering mempunyai masalah dalam menggunakan bahasa dalam konteks sosial ( pragmatik ) dan tidak mampu mengenali sebuah kata yang memiliki arti yang berbeda-beda (semantic) serta khas dalam berbicara /prosodi (tinggi rendahnya suara, serta tekanan dalam berbicara) (Attwood, 1998). Murid penyandang SA bisa jadi memiliki perbendaharaan kata-kata yang lebih, dan sering tak henti-hentinya berbicara mengenai suatu subyek yang ia sukai. Topik pembicaraan sering dijelaskan secara sempit dan orang itu mengalami kesulitan untuk berpindah ke topik lain. Mereka dapat merasa sulit berbicara teratur. penyandang SA dapat memotong pembicaraan orang lain atau membicarakan ulang pembicaraan orang lain, atau memberikan komentar yang tidak relevan serta mengalami kesulitan dalam memulai dan mengakhiri suatu pembicaraan. Cara berbicaranya kurang bervariasi dalam hal tinggi rendahnya suara, tekanan dan irama, dan, bila murid tersebut telah mencapai usia lebih dewasa, cara berbicaranya sering terlalu formal. Kesulitan dalam berkomunikasi sosial dapat terlihat dari cara berdiri yang terlalu dekat dengan orang lain, memandang lama, postur tubuh yang tidak normal, dan tak dapat memahami gerakan-gerakan dan ekspresi wajah.
  3. Murid penyandang SA memiliki kemampuan intelegensi normal sampai di atas rata-rata, dan terlihat berkemampuan tinggi. Kebanyakan dari mereka cakap dalam memperdalam ilmu pengetahuan dan sangat menguasai subyek yang mereka sukai pernah pelajari. Namun mereka lemah dalam hal pengertian dan pemikiran abstrak, juga dalam pengenalan sosial. Sebagai akibatnya, mereka mengalami kesulitan akademis, khususnya dalam kemampuan membaca dan mengerti apa yang dibaca, menyelesaikan masalah, kecakapan berorganisasi, pengembangan konsep, membuat kesimpulan dan menilai. Ditambah pula, mereka sering kesulitan untuk bersikap lebih fleksibel. Pemikiran mereka cenderung lebih kaku. Mereka juga sering kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan perubahan, atau menerima kegagalan yang dialaminya, serta tidak siap belajar dari kesalahan-kesalahanya. (Attwood 1998).
  4. Diperkirakan bahwa 50% - 90% dari penyandang SA mempunyai kesulitan dalam koordinasi motoriknya (Attwood 1998). Motorik yang terkena dalam hal melakukan gerakan yang berpindah-pindah (locomotion), kecakapan bermain bola, keseimbangan, cakap menggerakan sesuatu dengan tangan, menulis dengan tangan, gerak cepat, persendian lemah, irama serta daya mengikuti gerakan-gerakan.
  5. Seorang penyandang SA memiliki kesamaan sifat dengan penyandang autisme yaitu dalam menanggapi rangsangan sensori. Mereka bisa menjadi hiper sensitif terhadap beberapa rangsangan tertentu dan akan terikat pada suatu perilaku yang tidak biasa dalam memperoleh suatu rangsangan sensori yang khusus.
  6. Seorang penyandang SA biasanya kelihatan seperti tidak memperhatikan lawan bicara, mudah terganggu konsentrasinya dan dapat / pernah dikategorikan sebagai penyandang ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) sewaktu di-diagnosa dalam masa kehidupan mereka (Myles & Simpson, 1998).

Rasa takut yang berlebihan juga merupakan salah satu sifat yang dihubungkan dengan penyandang SA. Mereka akan sulit belajar menyesuaikan diri dengan tuntutan bersosialisasi di sekolah. Instruksi yang baik dan benar akan membantu meringankan tekanan-tekanan yang dialaminya.

Situs Lokal Photoshop dengan Pen tool

Pen tool merupakan tool dasar yang menurut saya wajib di kuasai pengguna photoshop dan sofware desain lainnya, karena dengan menguasai pen tool kita bisa melakukan hal-hal yang menarik, dan karena setiap saya membuat tutorial photoshop saya selalu menggunakan pen tool ini.

Saya tidak akan memberikan tutorial photoshop mengenai pen tool, dikarenakan sudah banyak situs-situs desain yang menjelaskan secara detail penggunaannya.

Saya mengerti kadang kala ada yang malas mencarinya di google dan malas kalau mengikuti tutorial photoshop yang berbahasa inggris, walaupun seperti itu sebaiknya ya jangan juga seperti itu. Mengikuti tutorial berbahasa inggris tidaklah sesulit seperti yang di bayangkan.

Namun jika pun anda ingin mendapatkan tutorial dalam berbahasa indonesia, saya menemukan beberapa situs lokal yang cukup jelas penjelasan mengenai pentool ini.

Berikut situs-situs yang bisa kalian jelajahi.

1. Cara menggunakan pen tool pada photoshop

http://lh3.ggpht.com/_GMjfiEXSSQY/TNirE9SP-oI/AAAAAAAAA3A/JX_DgoI5FVA/s128/ahli-desain.png

Pada situs ini akan di jelaskan cara pengunaan pen tool, cukup lengkap untuk pelajari.

2. Cara pembuatan shape dengan pen tools

http://lh3.ggpht.com/_GMjfiEXSSQY/TNirFGyyM7I/AAAAAAAAA3I/j3Fo-nLTKPk/mbah%20dewo.jpg

Membuat shape pada photoshop juga sangatlah berguna untuk di pelajari, di situs ini di jelaskan bagaimana membuat shape dengan pen tool.

3. Tutorial menggunakan pen tool pada photoshop

http://lh6.ggpht.com/_GMjfiEXSSQY/TNirFANt4jI/AAAAAAAAA3M/s7aDmlI-BFI/painthink.jpg

Di situs ini juga di jelaskan bagaimana penggunaan pen tool secara lengkap.

4. Teknik cropping image menggunakan pen tool

http://lh4.ggpht.com/_GMjfiEXSSQY/TNirFFJjTII/AAAAAAAAA3E/_h74T-uYL2Q/dkv%20binus.jpg

Teknik memotong gambar agar rapi menggunakan pen tool, wajib di pelajari nih.

5.Tutorial: Pen Tools pada Adobe Photoshop

http://lh3.ggpht.com/_GMjfiEXSSQY/TNir_fi9_bI/AAAAAAAAA3s/orWdxE40Hjs/luman.jpg

tutorial dasar pen tool

Situs yang menjelaskan bagaimana menggunakan pen tool, penjelasannya juga cukup jelas.

6. Seleksi dengan pen tool

http://lh3.ggpht.com/_GMjfiEXSSQY/TNirFIUy0zI/AAAAAAAAA3Q/fCswipiUUFg/yuscomic.jpg

Menseleksi gambar dalam photoshop sering di lakukan, berikut cara menseleksi gambar mengunakan pen tool.

Mungkin beberapa situs di atas bisa membantu teman-teman untuk bisa menguasai pen tool, Munkin ada situs lain yang menurut anda bisa di masukkan ke list ini, silahkan sharing di kotak komentar, ntar di masukan ke list.

Dan bagi teman-teman yang ingin mencari referensi lain, bisa cari saja di search engine dengan kata kunci “menggunaka pen tool ”

Nah semoga dengan bisa menguasai pen tool akan memepermudah mengikuti tutorial photoshop yang ada, sampai di sini aja postingan kali ini.

Semoga bermanfaat.

Salam narsis

Jumat, 12 November 2010

Anak Sulit Berbicara????

HUDA PERPUS1. PERKEMBANGAN OTOT YANG LAMBAN

Perkembangan otot yang lambat membuat anak sangat sulit untuk melakukan gerakkan yang cepat yang dibutuhkan untuk berbicara. kurang lebih 90% anak mengalami otot-otot tubuh terutama pada bagian otot bagian leher sehingga menyebabkan anak sulit membuat gerakan yang di butuhkan dalam proses berbicara.

karena otot yang belum cukup kuat maka dibutuhkan terapi sensorik integrasi pada si anak. meskipun kita telah memberikan terapi siang malam atau suara kita sampai jebol anak tidak dapat memproduksi suara dikarenakan otot yang belum cukup matang dan kuat untuk membuat gerakkan dalam bicara

2. ANAK JARANG BERINTERAKSI DENGAN ORANG LAIN

Beberapa orang tua yang tinggal di tempat elit atau kondominium yang orang lain masuk membutuhkan ijin yang panjang untuk memasukinya. dengan situasi tersebut orang tua cenderung untuk memproteksi anak mereka untuk berinteraksi dengan orang lain sehingga anak yang seharusnya banyak beriteraksi dengan orang lain menjadi berkurang

atau bisa juga anak yang memiliki orang tua yang sangat sibuk dan hanya tinggal dengan pembatu dirumah cenderung melakukan interaksi sosial dengan bahasa tulisan entah itu chatting atau sms.

3. BAHASA NON VERBAL BERKEMBANG DULUAN

Ada beberapa keluarga lebih mendahulukan gaya bicara dengan gesture atau gerakkan tubuh saja sehingga otot bicara pada anak jarang digunakan. hal ini menyebabkan kekakuan pada otot bicara pada anak

4. HARAPAN DARI KELUARGA ATAU YANG LAIN RENDAH

Beberapa orang tua jarang sekali berbicara dengan anak karena orang tua lebih menekankan bahwa semua perkataan orang tua harus didengarkan dan tidak boleh membantah. ini menyebabkan anak malas ngomong karena merasa hal tersebut tidak diperbolehkan ketika orang tua mereka berbicara

5. TIDAK BANYAK WAKTU UNTUK BICARA

Orang tua yang sibuk dengan pekerjaan mereka cenderung untuk membelikan anak mainan yang banyak yang bisa menghibur mereka dikala kedua orang tua sedang bekerja. sehingga membuat anak malas untuk berbicara karena sibuk akan mainannya sendiri dan acuh terhadap lingkungan

6. Stimulasi yang berlebihan garis miring OVERSTIMULATION

Banyak anak yang menginginkan anak menjadi superkids sebelum umurnya. orang tua cenderung mengkarbit anak mereka sehingga anak diberikan stimulus yang berlebihan sehingga mereka bisa dianggap sebagai anak super karena bisa mengerjakan segala hal yang diberikan padahal anak seusia mereka belum bisa melakukan hal itu

7. Menggunakan lebih dari satu bahasa

Banyak orang tua berkomunikasi dengan anak mereka menggunakan lebih dari satu bahasa. sebagai contoh orang tua biasa berbicara dengan bahasa jawa terkadang mengajak anak juga berbicara dalam bahasa jawa juga tetapi di lain sisi si ayah ingin anak nya bisa berbicara bahasa inggris belum lagi anak diharuskan memahami bahasa Ibu bahasa Indonesia. hal ini juga dapat membuat anak bingung cara mengkoordinasikan syarf dalam otak mereka sehingga anak cenderung diam karena tidak mengetahui bahasa mana yang seharusnya di ucapkan.

Kamis, 11 November 2010

Diet untuk Anak Autisme

Seperti yang kita ketahui  gejala yang timbul pada anak dengan gangguan autisme sangat bervariasi, oleh karena itu terapinya sangat individual tergantung keadaan dan gejala yang timbul, tidak bisa diseragamkan. Namun akan sulit sekali membuat pedoman diet yang sifatnya sangat individual. Perlu diperhatikan bahwa anak dengan gangguan autisme umumnya sangat alergi terhadap beberapa makanan. Pengalaman dan perhatian orangtua dalam mengatur makanan dan mengamati gejala yang timbul akibat makanan tertentu sangat bermanfaat dalam terapi selanjutnya. Terapi diet disesuaikan dengan gejala utama yang timbul pada anak. Berikut beberapa contoh diet untuk  anak autisme.

  1. Diet tanpa gluten dan tanpa kasein.
  2. Gluten adalah protein yang secara alami terdapat dalam keluarga “rumput” seperti
    gandung/terigu, havermuth/oat, dan barley. Gluten memberi kekuatan dan kekenyalan pada tepung terigu dan tepung bahan sejenis, sedangkan kasein adalah protein susu. Diet ini tidak sulit dilaksanakan karena makanan pokok orang
    Indonesia adalah nasi yang tidak mengandung gluten.

    Perbaikan/penurunan gejala autisme dengan diet khusus biasanya dapat dilihat dalam waktu antara 1-3 minggu. Apabila setelah beberapa bulan menjalankan diet tersebut tidak ada kemajuan, berarti diet tersebut tidak cocok dan anak dapat diberi makanan seperti sebelumnya.

  3. Diet anti-yeast/ragi/jamur. Diet ini diberikan kepada anak dengan gangguan infeksi jamur/yeast
  4. Diet untuk alergi dan inteloransi makanan.
  5. Anak autis umumnya menderita alergi berat. Makanan yang sering menimbulkan alergi adalah ikan, udang, telur, susu, cokelat, gandum/terigu, dan bias lebih banyak lagi. Cara mengatur makanan untuk anak alergi dan intoleransi makanan, pertama-tama perlu diperhatikan sumber penyebabnya. Makanan yang diduga menyebabkan gejala alergi/intoleransi harus dihindarkan. Misalnya, jika anak alergi terhadap telur, maka semua makanan yang menggunakan telur harus
    dihindarkan. Makanan tersebut tidak harus dipantang seumur hidup. Dengan bertambahnya umur anak, makanan tersebut dapat diperkenalkan satu per satu, sedikit demi sedikit.

Beberapa jenis pangan yang dianjurkan yaitu

Sayur
1. kacang panjang
2. brokoli
3. wortel
4. asparagus
5. bayam
6. daun katuk

Kacang-kacangan
1. kacang panjang
2. kapri
3. kacang polong
4. kacang tanah
5. kacang kedelai
6. kacang hijau

Biji-bijian
1. beras putih
2. beras merah
3. beras ketan
4. oat

Bahan pangan yang tidak dianjurkan yaitu

Susu Hewan
Es krim
Yoghurt
Coklat
Keju
Hopjes
SKM Butter


Pangan dengan Glutein
Roti
Mie
Spaghetti
Tart
Cake
Biskuit

Junk food
Sosis
Bakso
Soft drink
Seafood

Menulis Bagi Anak Berkebutuhan Khusus

DSC00045

Bagi sebagian anak yang berkebutuhan khusus merupakan hal yang sangat sulit, karena dalam kegiatan tulis menulis memmerlukan koordinasi dari beberapa otot serta memerlukan koordinasi otak yang cukup banyak.

Dalam mengajarkan menulis kepada anak yang berkebutuhan khusus sebaiknya tidak dipaksakan karena jika dipaksakan anak akan mengalami stress dan merasa tertekan. karena pada dasarnya anak yang berkebutuhan khusus yang tidak mengalami gangguan dalam hal mendengar bisa mendengarkan perintah kita, oleh karena adanya gangguan dalam sistem koordinasi di otak yang menyebabkan anak berkebutuhan khusus lambat dalam merespon perintah kita

Mengajarkan menulis pada anak banyak cara yang bisa ditempuh yaitu:

  1. Menggunakan metode pasir yaitu anak diajak untuk menuliskan sebuah huruf di atas pasir kemudian terapis melabelkan huruf apa yang sedang ditulis. Cara ini bisa menggunakan pena atau jari anak
  2. Mengunaka metode Amplas yaitu sebuah kertas yang biasa digunakan oleh tukang bangunan untuk menghaluskan bahan bangunan. Cara ini sangat efektif bagi anak yang memang sulit untuk membayangkan huruf yang sedang ditulis. Anak diarahkan untuk menggunakan jari mereka sehingga ujung jari mereka merasakan gerakakan yang di prompt oleh terapis sehingga reseptor pada jari bisa menggirimkan sinyal kepada otak dari apa yang sedang dirasakan.

masih banyak cara yang bisa dilakukan oleh orang tua dan terapis. Dan dua cara tersebut di atas sudah saya lakukan sendiri untuk beberapa anak dan memberikan efek yang signifikan terhadap perkembangan anak dalam hal menulis

Rabu, 10 November 2010

AKU

Huda

Seperti yang kamu tahu, aku adalah penyandang suatu kelainan yang disebut AUTISME atau biasa orang menyebutnya PDD (Pervasive Developmental Disorder). Autisme ataupun PDD adalah suatu kelainan perkembangan otak yang membuat aku sulit untuk mengerti lingkungan disekitarku. Aku punya keterbatasan dalam otakku yang tidak kamu lihat tapi dapat membuatku sulit untuk dapat beradaptasi dengan keadaan sekelilingku.


Terkadang aku terlihat kasar dan tidak sopan. Semua ini karena aku berusaha keras untuk dapat mengerti dan di mengerti orang lain.


Penyandang autisme punya kemampuan yang berbeda beda; ada yang tidak ingin berbicara; ada yang dapat membuat puisi indah, atau sangat mahir dalam matematika (Albert Einstein juga penyandang autisme), atau sulit berteman. Kami penyandang autisme semuanya berbeda dan memerlukan bantuan orang lain.
Kadangkala saat aku disentuh secara tiba tiba, aku merasa sangat sakit dan membuatku ingin menjauh. Aku juga mudah frustasi. Ketika berada bersama orang banyak aku merasa seperti sedang berada disebelah kereta api yang bergerak dan mencoba untuk memutuskan bagaimana dan kapan harus melompat ke-dalam kereta.


Aku selalu merasa amat ketakutan dan bingung, sama seperti ketika kamu berada di- satu planet berisi mahluk angkasa luar dan kau tidak mengerti bagaimana mereka berkomunikasi.


Karenanya aku selalu memerlukan keadaan yang nyaman dan tidak berubah ubah. Jika aku berhasil mempelajari bagaimana satu keadaan atau hal dapat terjadi maka aku dapat merasa tenang. Tapi jika keadaan berubah maka aku harus berusaha ekstra keras untuk mulai dari awal untuk  mempelajari keadaan itu berulang ulang !.


Jika kau berbicara padaku, aku seringkali tidak dapat mengerti apa yang kamu katakan karena terlalu banyak gangguan disekitarku. Aku harus berkonsentrasi keras untuk mengerti satu hal. Engkau mungkin merasa aku cuek tapi sebenarnya tidaklah demikian. Aku mendengar semuanya tanpa dapat aku mengerti hal mana yang memerlukan jawaban.

Semua keadaan harus terlebih dahulu aku pahami jika tidak maka maka aku menjadi frustasi dan bingung. Ini tidaklah berarti kamu harus merubah caramu melakukan sesuatu  hanya saja engkau perlu bersabar dengan sikapku dan mengerti bagaimana sulitnya aku harus beradaptasi

Aku adalah orang yang unik dan mungkin juga menarik. Jika aku gagal dan bersikap tidak sesuai dengan keinginanmu, mohon sadarilah bahwa sistim di otak-ku tidak dapat mengikuti norma dan aturan orang kebanyakan.

VitaBrain Otak Ku

Vita Brain
Setelah beberapa bulan menghadapi masalah tentang konsentrasi Huda yang menurun akibat dari efek obat bius untuk khitanan. Setelah searching buka sana buka sini, baca sana baca sini akhirnya jatuhlah pilihan ke produk satu ini. Selain untuk anak normal juga bisa digunakan untuk anak yang berkebutuhan khusus ini bias di lihat di testimony produk yang satu ini. Produk ini dikatakan telah lulus uji lab dan empiris mampu meningkatkan daya kerja otak, sehingga memudahkan anak untuk  lebih banyak, lebih cepat dan lebih mudah mengakses memory. Dijelaskan pula bahwa VitaBrain terbuat dari Centella asiatica yang bermanfaat untuk memperbaiki sistem daya ingat bagi orang-orang yang mengalami kemunduran fungsi otak dan daya ingat. Setelah pemakain beberapa bulan terlihat jelas berubahan yang signifikan kearah yang lebih baik, mulai dari waktu tidur yang membaik (tidak lagi bangun tengah malam), daya konsentrasi yang meningkat dan juga kontak mata yang semakin bagus dan yang tidak kalah pentingnya ternyata setelah mengkonsumsi produk ini Huda tidak lagi sensitive pada lingkungan. Huda lebih enjoy dan mudah menerima segala situasi yang terjadi di sekitarnya. Produk ini pun tidak bisa dikatakan mahal jika melihat efek dan manfaat yang bisa dilihat.

Untuk Informasi lebih lanjut bisa dibuka di http://vitabrainindonesia.com