Minggu, 14 November 2010

Retardasi Mental

Anak-anak yang mengalami mental retardasi tidak berkemampuan untuk mengerti situasi yang serius dan tidak dapat pula berperilaku sesuai dengan situasi hukum yang berlaku. Seseorang anak yang mengalami mental retardasi dalam hal komonikasi mengalami kesulitan karena perbendaharaan kata yang terbatas, mereka mengalami kesulitan (handicap) dalam kemampuan untuk membaca serta untuk menulis.

Dalam hal ini mereka juga mengalami kesulitan dalam bertingkah laku yang sesuai dengan usianya, dan mereka lebih memilih anak-anak yang usianya lebih rendah dari dirinya sebagai temannya.

Mereka juga sukar sekali menerima interaksi dengan teman se-usianya, demikian juga interaksi yang terbatas dengan teman lawan jenisnya kelaminnya. Diketemukan pula sifat yang akan sangat merugikan dirinya, seperti mudah dipengaruhi dan ingin sekali menyenangkan orang lain.

Mereka sering mengalami kesulitan dalam berkomonikasi (bertelepon misalnya) Beberapa diantara kasus-kasus mental retardasi, diketahui bahwa ambang frustasinya rendah sekali, dan sering kekecewaan yang tidak jelas ujung pangkalnya, meledak dengan hebatnya.

Seorang anak yang mengalami mental retardasi tidak dapat mengenal situasi yang serius, terlebih lagi mereka itu tidak dapat merespon suatu tindakan, dengan cara yang impulsif. Dalam perbuatan kriminal mereka selalu ingin menjadi pengikut dan tidak pernah berkenginan menjadi pemimpin.

Kasus-kasus hukum sering dialaminya, misalnya membut suatu pengakuan yang berlebihan, serta sering mengalami kesulitan untuk mengingat bukti atau kesalahan secara terperinci, dan bila melihat polisi mereka biasanya telah menjadi takkut terlebih dahulu.

Yang ingin diketahui oleh pembaca, apa sih sebenarnya retardasi mental tersebut. Retardasi mental adalah suatu keadaan perkembangan mental yang terhenti atau tidak lengkap, yang ditandai dengan sejumlah sikap, yaitu motorik dan dalam kemampuan berbahasa.

Sikap masyarakat

Seseorang yang memiliki defisensi mental (mental retardasi) pada zaman dahulu tidak diperhatikan hak-hak azasinya dan dibiarkan terlantar tanpa ada pengasuhan untuknya. Tentu saja keadaan yang sedemikian ini juga disertai dengan sumpah serapah, bukannya dengan kasih sayang, karena kondisi lahirnya seorang anak yang tidak pernah diharpkan seperti itu.

Malah pada bangsa Spartan dahulu kala, penderita mental retardasi dibuang ketempat yang jauh dari jamahan manusia, dan mereka ditinggalkan begitu rupa. Barulah kemudian disadari, bahwa keadaan tersebut bukanlah yang seperti itu, Artinya mereka itu bukanlah lahir sebagai kutukan.

Dan lucunya, pada abad pertengahan, kurang lebih sekitar abad kesepuluh dan kedua belas penderita mental retardasi disamakan dengan penderita sakit jiwa, dan karena itu, sikap yang diberikan adalah pengasingan dan pengusiran.

Di Perancis, pada abad ke 15 dan ke 16, mulai ada perhatian terhadap penderita mental retardasi, mereka mulai mendapatkan perawatan secara khusus. Mulai dikenal adanya perhatian serta perwatan yang diberikan kepada penderita mental retardasi, dimulai pendekatan ilmiah, setelah sebuah diskusi panjang berdasarkan tulisan dari MarieGaspard, yang berjudul Savage ofAveryon, yaitu ceritera tentang seorang anak laki-laki yang berusia 12 tahun,karena ditinggalkan oleh orang tuanya dihutan, sebagai anak yang mengalami mental retardasi, ditinggalkan oleh orang tuanya. Anak tersebut karena ditinggal dihutan, menyebabkan dia tidak berpendidikan, dan menjadi seorang mental retardasidalam taraf idiot. Anak tersebut kemudian setelah diketemukan hidup dalam hutan, akhirnya dicoba untuk dikembangkan, yaitu dengan melakukan pelatihan, namun anak tersebut tetap berada dalam keadaan idiot. hal ini lebih bersebab karena lamanya dia dalam pengasuhan binatang dan bukan oleh manusia selama didalam hutan.

Murid dari gaspard, yaitu Eduard Seguin, mencurahkan hidupnya dalam mengasuh anak-anak yang menderita mental retardasi, yaitu dengan melatih dan mendidik mereka yaitu dalam pelatihan motor-sensoris.

Penelitian berikutnya berkembang sedemikian rupa, dan kegiatan tersebut lebih diarahkan untuk melakukan pengembangan dalam melatih anak-anak yang mengalami retardasi mental, dan kemudian dikembangkan berbagai penelitian yang bertujuan untuk mengukur tes intelegensi.

Penyebab terjadinya retardasi mental

Ada beberapa faktor penyebab yang dinyatakan sebagai dasar terjadinya retardasi mental, misalnya faktor cedera yang terjadi didalam rahim, saat bayi tersebut masih berbentuk janin. Selain itu dapat pula terjadi cedera pada saat kelahiran (persalinan). Ada teori lain, menyebutkan adanya variasi somatik yang dikarenakan perubahan fungsi kelenjar internal dari sang ibu selama terjadinya kehamilan, dan hal ini belum diketahui secara lengkap mekanismenya.

Selain itu, perlulah diawasi dengan ketat, penyakit-penyakit yang terjadi pada awal masa kanak-kanak, karena hal yang sedemikian itu juga dapat menimbulkan mental retardasi. Disebutkan pula ada sejumlah faktor genetik lainnya yang dapat menimbulkan gangguan mental mental retardasi.

Demikian pula halnya dengan beberapa faktor prenatal yang dialami oleh ibu-ibu yang hamil, misalnya telah sama diketahui bahwa calon ibu-ibu yang mengalami penyakit campak Jerman (Rubella) sering anak yang dikandungnya dikemudian hari akan mengalami gangguan mental retardasi.

Mental Retardasi merupakan ciri yang berkaitan dengan sindroma Down, dan keadaan ini memang agak kurang menyenangkan karena retardasi mental yang sedemikian ini merupakan kelompok retardasi mental dari yang berat sampai pada yang sedang. Jarang mereka dengan keadaan sedemikian ini bisa mencapai IQ sampai dengan 50. Dianogsa sindroma, a Down relatif mudah dibuat pada anak-anak yang lebih besar, namun lebih sukar pada bayi-bayi yang masih kecil.

Berapa IQ yang normal.

Seorang anak dikatakan mengalami kondisi mental retardasi berdasarkan angka IQ, yaitu angka intelegensia umur kronologis yang dibandingkan intelegensia umur yang normal pada waktu bersangkutan.

Angka IQyang normal pada umumnya berkisar diantara 90 s/d 120, sedang diatas angka IQ diatas 120, dinyatakan sebagai angka diatas rata-rata. Sedangkan angka diatas IQ diantara 70 s/d 89 merupakan kelompok yang border line (tidak rata-rata, juga tidak dibawahnya.) Karena bila angkanya dibawah 69 sampai 50 maka kelompok ini dinyatakan sebagai kelompok mental retardasi yang ringan.

Dalam kelompok yang mental retardasi yang ringan ini mereka berada dalam taraf pemahaman penggunaan bahasa cenderung terlambat, termasuk kemampuannya dalam berbicara yang resmi, sehingga akan mengganggu kemandiriannya.

Mereka yang menjadi kelompok dengan IQ sebesar 35 -s/d 49 dikelompokkan dalam mental retardasi yang sedang. Biasanya mereka menunjukkan penampilan kemampuan yang tidak sesuai, dimana tingkat perkembangan bahasa bervariasi ada yang dapat mengikuti percakapan sederhana, ada pula yang tidak. Ada pula yang tidak pernah mampu untuk belajar mempergunakan bahasa, meskipunmungkin mereka dapat mengerti intruksi sederhana dan belajar menggunakan isyarat tangan. Kelompok ini juga sering disebut dengan kelompok imbesil.

Pada mental mental retardasi berat umumnya angka IQ ini berkisar antara 20-s/d34, dimana dalam kategori ini pada umumnya mirip dengan mental retardasi sedang dalam gambaran klinisnya, namun prestasi yang diperlihatkan jauh lebih rendah dibandingkan dengan mental retardasi sedang.

Kebanykan penyandang mental retardasi ini menderita hendaya motorik yang mencolok atau defisit lain yang menyertainya dan kondisi yang seperti ini menunjukkan adanya kerusakan atau penyimpangan perkembangan yang bermakna secara klinis dari susunan syaraf pusat.

Bila IQ nya dibawah 20 maka kondisi ini praktis berati penyandang yang bersangkutan sangat terbatas kemampuannya, untuk memahami atau memenuhi intruksi yang diberikan. Sebagian besar dari mereka tidak dapat bergerak atau sangat terbatas dalam gerakannya. Hanya mampu berkomonikasi nonverbal yang belum sempurna, Mereka hampir-hampir tidak mempunyai kemampuan untuk mengurus dirinya sendiri akan kebutuhan dasarnya, dan mereka senantiasa memerlukan bantuan dan pengawasan. Kelompok ini disebut juga dengan idiot, yang mana pemahaman serta penggunaan bahasa sangat terbatas, paling-paling hanya mengerti perintahdasar dan mengajukan permohonan sederhana.

Suatu etiologi organik dapat terjadi pada semua gangguan idiot ini, dan biasanya disertai dengan stabilitas neurologis dan fisik lainnya yang berat yang mempengaruhi mobilitas. Dari kesemuanya ini, mental retardasi diagnosisnya dapat dibuat setelah riwayat penyakit, pemeriksaan intelektual yang baku, serta pengukuran fungsi adaptif, yang menunjukkan bahwa perilaku anak pada saat sekarang ini adalah secara bermakna dibawah tingkat yang diharapkan. Diagnosis sendiri tidak menyebutkan penyebab ataupun prognosisnya. Suatu riwayat penyakit dan wawancara psikiatrik berguna untuk mendapatkan gambaran longitudinal perkembangan dan fungsi si-anak.

(Ayub Sani Ibrahim Guru Besar Ilmu Kesehatan Jiwa)

0 komentar:

Posting Komentar